Skip to main content

Terpesona

Setelah Kamu membaca nyaman yang terlarang, kali ini akan ku ungkap hal lainnya.

"Aku hadir kembali malam ini, memaksa tawa, memalsukan senyuman, tempat yang membosankan dengan sepi yang sama. Dinding ketidaktulusan hingga bermata licik dan kekosongan, menghilang saat Aku melihat wajahmu. Yang bisa ku katakan hanyalah, "Bertemu denganmu sungguh mempesonaku". Seakan matamu berbisik "Pernahkah kita bertemu?", perlahan siluetmu di seberang ruangan mulai bergerak ke arahku lalu percakapan yang menyenangkan pun dimulai. Menanggapi semua ucapanmu yang cepat seperti menyontek diam-diam, tetap saja yang dapat kukatakan hanyalah "Aku terpesona saat bertemu denganmu". 

Malam ini gemerlap, malam ini sempurna.
Jangan Kau lewatkan! Saking takjubnya, Aku menari-nari sendirian.

Aku saja bahkan terpana sepanjang perjalanan pulang hingga kuhabiskan waktu bertanya-tanya apakah Kau tahu bahwa Aku terpesona saat bertemu denganmu. Pertanyaan itu pun terngiang-ngiang hingga membangunkanku di jam 2 pagi, "Siapa yang kau cintai?". Sialnya, sekarang Aku sedang mondar-mandir dan berharap kau di depan pintuku.

Harapku, saat Aku membuka pintu itu maka Kau pun akan berkata seperti ini "Hai, bertemu dengan sungguh mempesonaku. all I know is I was enchanted to meet You.".

Inilah saat yang tepat dimana Aku akan berdoa untuk halaman yang  paling pertama, bukan untuk sebuah alur cerita yang berakhir tetapi untuk hati yang dapat memanggil dan mengumandangkan namamu selamanya.

"Please don't be in love with someone else,
please don't have somebody waiting on you".

Comments

Popular posts from this blog

Dia

Dia adalah laki-laki yang kukenal tanpa sengaja, Dia adalah laki-laki yang mengajarkan aku mencintai tanpa harus memiliki, Dia adalah laki-laki yang membuat ku jatuh hati, Dia adalah laki-laki yang aku rindukan tanpa harus bertemu, Dia adalah laki-laki yang ingin aku lepaskan karena keterpaksaan, Dia adalah laki-laki yang ingin aku ikhlaskan tapi tetap ku doakan. Benar..., Dia.

Pergi Sebelum Kau Mencintaiku

Akan sungguh menyakitkan saat Kamu mulai membaca ini. Sebenarnya, Aku tidak ingin meninggalkanmu seperti itu. Dengan tiba-tiba mengatakan " Berbahagialah selalu.. ", seketika saja airmata ku jatuh dengan derasnya. Sungguh munafik rasanya kalau mengatakan Aku tidak memiliki sesuatu yang lebih padamu, mengingat  sejauh ini kita lalui dengan penuh percakapan yang menarik sampai tidak menarik, basa basi yang basi banget, hingga kadang kita lupa menahan kelanjutan kata dari sebuah ungkapan " ..jadi..? ". Ya, benar! Semua hal itu membekas di jejak hari-hariku, namun sialnya hanya butuh semalam saja untuk melihat garis akhir kisah ini. Pikirku kamu bakal ngomong, ".. belum juga sebulan... ", tapi entah bagaimana bisa kukatakan jikalau hal itu mengalir apa adanya. Seperti katamu, " .. jalanin aja  seperti air mengalir, untuk saat ini stay dulu aja... ", apakah masih bisa Aku mengatakan hal serupa padamu? Sejenak, kembali ku memutar waktu. Pik...